Sumantri Ngenger - Kali ini Pewayangan Indonesia akan menceritakan kembali salah satu kisah wayang purwa atau kisah wayang pada masa sebelum kisah Ramayana dan Mahabharata yang berjudul “Sumantri Ngenger” atau “Sukrasana-Sumantri”. Ngenger dalam bahasa Jawa berarti mengabdi sehingga “Sumantri Ngenger” bisa diartikan sebagai Pengabdian Sumantri.
Kisah Sumantri Ngenger ini terjadi pada jaman Prabu Arjuna Sasrabahu, seorang Raja titisan dewa Wisnu, Raja kerajaan Maespati atau Mahespati.
Pengabdian Sumantri
Berawal dari keinginan Bambang Sumantri untuk mengabdi atau "ngenger" pada negara Maespati, maka Bambang Sumantri menghadap ayahnya Resi Suwandagni di Pertapaan Arga Sekar untuk mohon doa restu. Begawan Suwandagni merestui puteranya, Bambang Sumantri pergi ke Mahespati.
Sosok Resi Swandagni adalah sosok begawan sakti yang pernah membantu kerajaan Maespati saat diserbu oleh Prabu Danaraja, Raja Lokapala dalam kisah "Invasi Lokapala dan Lahirnya Arjuna Sasrabahu".
Sosok Resi Swandagni adalah sosok begawan sakti yang pernah membantu kerajaan Maespati saat diserbu oleh Prabu Danaraja, Raja Lokapala dalam kisah "Invasi Lokapala dan Lahirnya Arjuna Sasrabahu".
Begawan Suwandagni mantap melepaskan Bambang Sumantri, puteranya, karena ia telah membekalinya dengan ilmu pengetahuan, ilmu pemerintahan, juga secara pisik sudah ditempa menjadi seorang perajurit yang dapat diandalkan. Sumantri juga memiliki senjata cakra pemberian dewa.
Keberangkatan Sumantri diketahui oleh adiknya, Sukrasana, seorang raksasa bajang yang wajahnya menakutkan. Meskipun buruk rupa, Sukrasana adalah seorang yang sakti, berbudi luhur dan sangat menyayangi kakak satu-satunya, Sumantri.
Sang Begawan pun telah meminta pada Sumantri agar mengajak adiknya, karena adiknya sedikit banyak bisa membantu Sumantri apabila ada kesulitan yang tak bisa diselesaikan oleh Sumantri. Tetapi Sumantri tidak mau mengajak adiknya, karena dirasa akan menghambat perjalanannya.
Sukrasana dan Sumantri |
Sumantri akhirnya pergi secara diam-diam, Sukasrana walaupun tidak boleh mengikuti kepergian kakaknya. Tetapi secara sembunyi-sembunyi, Sukrasana mengikuti kakaknya walau dari jarak jauh dibelakangnya.
Sesampai di istana Mahespati, Prabu Arjuna Sasrabahu dengan senang hati menerima Sumantri yang ingin mengabdikan diri pada Prabu Arjunasasrabahu dan negerinya Mahespati. Prabu Arjuna Sasrabahu., saat itu sedang jatuh hati dengan seorang puteri dari kerajaan Magada, Dewi Citrawati putri Prabu Citrawijaya.
Sumantri Duta Maespati
Sebagai syarat pengabdiannya, Prabu Arjuna Sasrabahu meminta Bambang Sumantri menjadi utusan pribadi dan Duta Resmi Negara Maespati untuk melamar serta memboyong Dewi Citrawati. Bambang Sumantri meyanggupinya, maka ia pun berangkat ke Kerajaan Magada.
Prabu Arjuna Sasrabahu |
Sementara itu di kerajaan Magada sedang menghadapi masalah dengan hadirnya raja 1000 negara yang ingin mempersunting Dewi Citrawati. Karena tidak ada kepastian dari Prabu Citrawijaya, untuk menentukan lamaran siapa yang akan diterima maka para raja dari 1000 negara mengepung Kerajaan Magada.
Kedatangan Bambang Sumantri sebagai duta resmi kerajaan Maespati menjadi solusi bagi permasalahan yang dihadapi oleh Prabu Citrawijaya dan Dewi Citrawati. Sementara, Dewi Citrawati sangat terpesona dengan kegagahan dan ketampanan Bambang Sumantri, ia telah jatuh hati. Namun, Dewi Citrawati tidak mengetahui pasti, keberadaan Bambang Sumantri di Magada, apakah atas nama dirinya, atau sekedar duta seorang raja untuk melamar dirinya.
Akhirnya diputuskan oleh Prabu Citrawijaya, bahwa para raja 1000 negara, yang masih ingin melamar Dewi Citrawati, harus mengikuti sayembara. Siapa saja yang dapat mengalahkan Bambang Sumantri, akan menjadi suami Dewi Citrawati.
Satu per satu, raja dari 1000 negara mengadu ilmu kesaktian melawan Bambang Sumantri. Dengan bekal kesaktian yang dimiliki, Sumantri dapat mengalahan para raja 1000 negara yang mengepung kerajaan Magada. Akhirnya Bambang Sumantri yang memenangkan sayembara Dewi Citrawati.
Sumantri Menemukan Titisan Wisnu
Bambang Sumantri kembali ke Mahespati dengan diiringi raja raja negara 1000 negara yang telah ditaklukkan oleh Bambang Sumantri, pada waktu perebutan Dewi Citrawati, antara lain, Patih Kalinggapati, Prabu Candraketu,Prabu Sodha,dan Patih Handaka Sumekar.
Namun. Dewi Citrawati tidak mau diserahkan kepada Prabu Arjuna Sasrabahu dengan begitu saja. Dewi Citrawati bersedia menjadi istri Prabu Arjuna Sasrabahu, dengan syarat Prabu Arjuna Sasrabahu bisa mengalahkan Bambang Sumantri terlebih dahulu seperti para raja 1000 negara.
Permintaan Dewi Citrawati dipenuhi oleh Prabu Arjuna Sasrabahu.
Arjuna Sasrabahu memberikan pakaian Kerajaan Mahespati untuk Bambang Sumantri. Mereka berpakaian raja raja. Sekarang terlihatllah ada dua orang raja yang sedang mengadu kekuatan. Arjuna Sasrabahu ingin persamaan derajat, antara dirinya dengan Bambang Sumantri, yang hanya seorang dari desa.
Kemudian terjadilah pertandingan kekuatan antara keduanya. Bambang Sumantri oleh Arjuna Sasrabahu diberi kesempatan untuk mengalahkan dirinya terlebih dahulu. Kemudian ganti Prabu Arjuna Sasrabahu menunjukkan kesaktiannya. Ia berubah menjadi brahala, raksasa sebesar gunung anakan, menjadikan Bambang Sumantri terkejut.
Bambang Sumantri menyerah, menyerah bukan bukan karena kalah. Namun ia telah menemukan jati diri Prabu Arjuna Sasrabahu adalah titisan Dewa Wisnu, yang ia cari selama ini. Sejak dahulu Bambang Sumantri menginginkan bisa mengabdi pada keturunan Dewa Wisnu.
Bantuan Sukrasana
Setelah mengetahui kemenangan Prabu Arjuna Sasrabahu, maka Dewi Citrawati mengajukan syarat lagi yaitu meminta Puteri Domas yang terdiri dari para bidadari dari Kahyangan sebagai pengiring pengantin, dan memindahkan taman Sriwedari dari Kayangan Untarasegara ke Maespati.
Prabu Arjunasasrabahu sekali lagi meminta kepada Bambang Sumantri untuk dapat melaksanakan permintaan Dewi Citrawati. Bambang Sumantri meninggalkan istana, guna memenuhi permintaan Prabu Arjuna Sasrabahu.
Ditengah perjalanan, Bambang Sumantri berhenti, ia tidak tahu harus berbuat apa, untuk mendapatkan permintaan Dewi Citrawati. Tiba tiba ia seperti mendengar suara adiknya, Sukrasana. Bambang Sumantri terperanjat melihat Sukrasana mendekatinya. Bambang Sukasrana berjanji, akan membantu kakaknya, Bambang Sumantri. Dimintanya kakaknya pulang saja, kenmbali ke Mahespati.
Bambang Sukrasana segera mencari tempat untuk bersemadi. Tiba tiba Bambang Sukasrana tidak terlihat lagi dari pandangan kakaknya, Sumantri, Bambang Sumantri bergegas pulang ke Istana Mahespati,
Sesampai di Istana Mahespati, ternyata bertepatan datangnya Puteri Domas yang terdiri dari 100 orang bidadari, yang wajah dan badannya semua sama, dan turun juga dari angkasa taman Sriwedari dari Untarasegara. Bambang Sumantri merasa lega, karena dengan bantuan adiknya, maka semua permintaan Dewi Citrawati dapat dilaksanakan.
Tumbal Keberhasilan Sumantri
Prabu Arjuna Sasrabahu merasa senang, melihat keberhasilan Bambang Sumantri telah mendapatkan apa yang diinginkan Dewi Citrawati. Mengingat jasa jasanya, maka Bambang Sumantri diangkat menjadi Patih Kerajaan Mahespati, dengan gelar Patih Suwanda.
Pengangkatan Bambang Sumanteri menjadi patih Mahespati di lakukan di balairung Istana Mahespati di hadapan para nayaka, sentana, para manteri dan Bupati. Juga didepan raja raja 1000 negara. Bambang Sumantri merasa tidak mantap dengan pemberian jabatan ini, karena Bambang Sumantri tidak melakukan apa apa. Keberhasilannya karena bantuan adiknya.
Sementara itu di taman kaputren, para istri Arjuna Sasrabahu, ketakutan karena melihat sesuatu yang mengerikan. Maka Arjuna Sasrabahu, minta agar Patih Suwanda menyelesaikan masalah ini. Bambang Sumantri, terkejut ketika yang menjadi pokok persoalan, adalah adiknya, Sukrasana.
Bambang Sukrasana ketiduran di taman Sriwedari, mungkin karena capek setelah memindahkan taman dari Untarasegara ke Mahespati. Sumantri membangunkan adiknya lalu disuruhnya pergi dari taman. Namun Bambang Sukrasana, tidak mau berpisah lagi dengan Bambang Sumantri sehingga ia tidak mau pergi.
Karena kesal, Bambang Sumantri lalu menakut-nakuti adiknya dengan pura-pura akan memanah adiknya. Tetapi, seperti ada setan lewat, anak panah yang diarahkan kepada adiknya, terlepas dari busurnya dan melesat tepat mengenai dada adiknya. Bambang Sukrasana, langsung tewas.
Bambang Sumantri sangat menyesal dan menangisi kematian adiknya. Prabu Arjuna Sasrabahu yang mengetahui persitiwa ini, sangat menyayangkan pada tindakan yang dilakukan oleh Sumantri. Mengapa ia tidak memberitahukan saja pada Prabu Arjuna Sasrabahu, kalau yang ditakuti para istrinya, sebenarnya adalah adik Bambang Sumantri sendiri. Andaikan tahu sebelumnya, Prabu Arjuna Sasrabahu, pasti akan mengijinkan adik Bambang Sumantri tinggal didalam taman Mahespati.
Bambang Sumantri merasa menyesal dan berdosa besar pada adiknya, Bambang Sukrasana. Penyesalan biasanya datang kemudian, sekarang hanya satu keinginan Sumantri, yaitu mati, agar bisa bersama lagi dengan adiknya, Bambang Sukrasana.
Memetik Buah Perbuatan
Sementara itu, Dewi Citrawati selalu saja memiliki permintaan yang aneh. Sekarang Ia ingin mandi di sebuah telaga Minangkalbu yang airnya bening bersama para selir dan tentu saja Prabu Arjuna Sasrabahu diminta menyertainya pula.
Prabu Arjuna Sasra mandi ditelaga beserta para istrinya. Citrawati minta agar air sungai Minangsraya dibendung, supaya menambah air telaga tempat mandi mereka. Dengan kesaktiannya prabu Arjuna Sasra bahu, tiwikrama atau berubah menjadi raksasa sebesar gunung anakan lalu tidur membendung sungai.
Sungai Minangsaya terbendung, air telaga meluap dan airnya membuat banjir istana Prabu Dasamuka. Prabu Dasamuka mengirim telik sandi ke Mahespati. Ditya Kala Marica berangkat untuk melihat apa yang terjadi. Ditya Kala Marica melihat, bahwa banjir kali ini, bukan banjir karena alam, namun karena ulah Prabu Arjuna Sasrabahu bersama seluruh istrinya.
Prabu Dasamuka marah lalu dengan kekuatan penuh menyerang Mahespati. Prabu Dasamuka dihadang dan mendapat perlawanan dari Patih Suwanda. Patih Suwanda atau Sumantri sangat terkejut ketika melihat pada gigi taring Prabu Dasamuka, nampak bayangan adiknya, Sukrasana, melambaikan tangannya, seolah olah memanggilnya. Patih Suwanda atau Bambang Sumantri ketakutan lalu mengundurkan diri dari peperangan.
Dasamuka |
Sepeninggal Patih Suwanda, peperangan diteruskan oleh para raja 1000 negara. Sementara Prabu Dasamuka melawan raja raja 1000 negara, Patih Suwanda masuk kedalam sanggar pamujan dengan berpakaian putih bagai seorang Brahmana, Saat Bambang Sumantri sedang berdoa memohon perlindungan dewa, seluruh raja 1000 negara mati terbunuh ditangan Prabu Dasamuka.
Melihat keadaan itu Patih Suwanda, yang sudah memakai baju putih, terkejut lalu segera mengejar Prabu Dasamuka yang sedang berusaha mendekati Prabu Arjuna Sasrabahu yang sedang bersenang senang dengan Dewi Citrawati.
Tujuan Prabu Dasamuka ke Mahespati yang semula hanya karena banjirnya Alengka tetapi sekarang ia juga ingin merebut Dewi Citrawati dari tangan Prabu Arjuna Sasrabahu, karena Dewi Citrawati adalah titisan Dewi Widawati, pujaan hatinya.
Maka terjadiah perkelahian antara pasukan Dasamuka dan Patih Suwanda dengan pasukannya pula. Patih Suwanda tiba tiba melihat wajah Prabu Dasamuka seperti wajah adiknya, Bambang Sukasrana.
Sewaktu perkelahian Prabu Dasamuka dan Patih Suwanda masih berlangsung. Karena bayangan adiknya, Sukrasana, menjadikan ia lengah. Dengan mudah Prabu Dasamuka menghantamkan gada pusakanya ke kepala Patih Suwanda. Seketika itu juga Patih Suwanda tewas.
Sukma Bambang Sumantri bertemu dengan sukma Bambang Sukrasana. Keduanya berjalan seiring bersama menuju ke nirwana.
Pesan Moral
Kisah “Sumantri Ngenger” ini memberikan pelajaran kepada kita tentang besarnya pengabdian Sumantri kepada raja dan negaranya sampai-sampai harus mengorbankan adiknya yang sangat menyayangi kakaknya. Meskipun Sumantri menyesali perbuatannya, ia harus memetik buah dari perbuatannya.
Walaupun Sukrasana adalah seorang raksasa bajang yang buruk rupa namun ia adalah mahluk Tuhan yang dengan tulus menyayangi saudaranya bahkan rela melakukan apa saja demi kebahagiaan kakaknya. Maka melalui Dasamuka, Sukrasana menjemput kakaknya, Sumantri, untuk bersama-sama menuju swargaloka.
Ini sudah menjadi ketentuan Dewata sehingga ketika Prabu Arjuna Sasrabahu mencoba menghidupkan kembali orang-orangnya melalui Begawan Pulasta, kakek Dasamuka, hanya Sumantri yang tidak bisa dihidupkan lagi.
0 comments:
Post a Comment