Arjuna Wiwaha Bagian I – Kisah Arjuna Wiwaha atau Pernikahan Arjuna berasal dari kakawin Arjuna Wiwaha yang ditulis oleh Mpu Kanwa pada masa pemerintahan Prabu Airlangga, raja Kahuripan di Jawa Timur dari tahun 1019 sampai dengan 1042 Masehi. Sedangkan kakawin Arjuna Wiwaha ini digubah pada tahun 1030.
Arjuna adalah tokoh pewayangan dalam kisah Mahabharata, salah satu anggota dari Pandawa Lima yang berada ditengah sehingga dijuluki sebagai panengah Pandawa, adalah gambaran sosok ksatria tampan rupawan, memiliki kesaktian tinggi sehingga oleh para dewa diberi gelar ‘lelananging jagad’ atau lelaki paling hebat di dunia.
Arjuna adalah ksatria yang gemar bertapa untuk menambah kesaktiannya, disamping itu Arjuna merupakan idola masyarakat karena ketampanannya memiliki banyak istri, tidak hanya manusia bahkan bidadari atau dewi ada yang menjadi istrinya. Tidak tanggung-tanggung langsung 7 bidadari.
Seperti terdapat dalam kisah Arjuna Wiwaha berikut ini.
Arjuna Wiwaha Bagian I
Alkisah pada suatu masa terjadi keguncangan politik yang melanda kahyangan kaendran, milik Dewa Indra. Guncangan politik ini sangat dahsyat, sehingga sampai-sampai para dewa yang menghuni kahyangan merasakan ketakutan yang luar biasa besar, karena seorang raksasa yang sangat berkuasa dan jaya di dunia bermaksud untuk menghancurkan dan menguasai kahyangan.
Raksasa ini bernama Niwatakawaca. Dia adalah seorang raja yang bertahta di kaki Gunung Semeru. Raksasa ini sangat sakti, dan bahkan kesaktiannya melebihi kesaktian semua dewa di kahyangan. Untuk itulah seluruh penghuni kahyangan ketakutan, karena mereka merasa, bahwa sebentar lagi kahyangan akan hancur dan diluluh-lantakkan oleh Niwatakawaca. Mereka semua pasti akan dibinasakan olehnya, atau kalau pun dibiarkan hidup, mereka akan dijadikan budak.
Ketakutan ini menghantui seluruh negeri kahyangan.
Batara Indra yang berkuasa di kahyangan juga ketakutan di dalam menghadapi situasi ini. Dia takut jika Niwatakawaca mewujudkan niatnya untuk menghancurkan kahyangan. Dia telah merasa, bahwa dia akan dapat dikalahkan dengan mudah oleh Niwatakawaca oleh karena kesaktian Niwatakawaca yang tidak tertandingi. Seluruh dewa yang ada di kahyangan tidak akan mampu mengalahkan kesaktian raksasa itu.
Bukankah Batara Indra itu dewa? Bukankah dewa selalu akan menang melawan raksasa mana pun?
Mengapa Batara Indra telah merasakan, bahwa dia akan kalah melawan Raksasa Niwatakawaca?
Jawabannya adalah karena Niwatakawaca telah mendapatkan kesaktian melebihi para dewa, bahwa dia tidak akan mati oleh dewa maupun raksasa. Untuk itulah Batara Indra sekalipun tidak akan mampu mengalahkan Niwatakawaca. Seluruh dewa tidak akan dapat mengalahkannya.
Namun demikian, sesakti-saktinya seseorang, masih ada yang dapat menandingi.
Niwatakawaca hanya dapat dikalahkan dan dibunuh oleh seorang manusia yang sakti. Dan Dewa Indra mengetahui akan hal ini, sehingga di tengah ketakutan itu, masih ada harapan yang akan diletakkan kepada ksatria yang akan mengalahkan Niwatakawaca.
Dalam ketakutannya tersebut, Batara Indra sebagai sang pemimpin di kahyangan mengadakan rapat akbar di istananya. Rapat akbar ini dihadiri oleh seluruh dewa, resi1 dan seluruh penghuni penghuni kahyangan.
Mereka semua ketakutan, jika Niwatakawaca mewujudkan maksudnya tersebut. Mereka tidak akan dapat mengalahkan Niwatakawaca, jika raksasa ini menyerang kahyangan. Batara Indra, sang pemimpin kahyangan, membuat sebuah perintah bagi seluruh penghuni kahyangan untuk mencari seorang manusia yang sakti dan didatangkan ke kahyangan, agar Sang Indra dapat minta tolong kepadanya, agar ksatria itu sudi menolong kahyangan. Di dalam rapat akbar tersebut, disebutkan nama seorang yang sakti, yang bernama Arjuna.
Saat ini Arjuna sedang bertapa di sebuah gua di puncak Indrakila yang berada di gunung Arjuna. Tujuan utama Arjuna dalam bertapa adalah untuk mendapatkan kesaktian, supaya dia dapat menang dalam peperangan. Dia ingin membela saudara-saudaranya yang saat ini berada dalam kekalahan melawan para Kurawa.
Di dalam pertapaannya, dia harus kuat menahan nafsu dan ketamakan. Jika dia tetap kuat di dalam menahan nafsu dan ketamakan, serta tetap tidak tergoda dalam memuja Dewa Siwa, maka dia akan mendapatkan anugerah kesaktian dari Dewa Siwa.
Para penghuni kahyangan, terutama Batara Indra, sangat berharap dan bergantung kepada Arjuna. Dia adalah satu-satunya harapan untuk dapat menolong kahyangan. Jika Arjuna tidak tahan dan tergoda oleh nafsu, maka pastilah akan sulit untuk mendapatkan orang yang sakti lagi.
7 Bidadari Kahyangan
Untuk itu dibuatlah sebuah keputusan dalam rapat akbar itu, bahwa akan diadakan pencobaan bagi Arjuna dalam pertapaannya.
Di kahyangan ada tujuh bidadari yang selalu berhasil di dalam menggoda nafsu para pertapa, sehingga pertapaan mereka menjadi sia-sia dan gagal. Dua di antara mereka yang sangat pandai dalam menggoda adalah dua bidadari yang bernama Tilotama dan Supraba.
Dewi Supraba |
Wajah mereka sangat cantik dan tidak ada yang mengalahkan kecantikannya. Oleh karena kecantikan mereka, para dewa senang untuk membelai-belai mereka. Oleh karena kecantikan mereka, Dewa Brahma seketika memiliki empat muka ketika melihat mereka, bahkan Dewa Indra seketika memiliki mata yang sangat banyak jumlahnya ketika memandang kecantikan mereka. Brahma dan Indra enggan berpaling memandang kecantikan para bidadari ini.
Demikianlah kecantikan ketujuh bidadari tersebut.
Ketujuh bidadari yang sangat cantik ini dipanggil ke istana Batara Indra yang sedang memimpin rapat akbar. Batara Indra memerintah mereka:
“Hai, putri-putri nan cantik. Aku akan meminjam kecantikan kalian untuk menyelidiki keteguhan hati Arjuna yang sedang bertapa. Godalah Sang Arjuna. Kalahkan dia. Namun jika kalian tidak sanggup menggodanya, berarti kalian telah kalah. Jika kalian kalah, maka pulanglah kalian ke kahyangan, anak-anakku!”
Setelah berkata demikian, ketujuh bidadari tersebut menyembah Indra dan mohon pamit. Rapat akbar itu ditutup oleh Sang Indra dengan harapan besar yang ditujukan kepada Arjuna.
Demikian kisah Arjuna Wiwaha Bagian I. Apabila anda ingin mengetahui kisah berikutnya, tunggu artikel selanjutnya.
Suro diro jayaningrat lebur dening pangastuti.
0 comments:
Post a Comment