Dewi Kunti, Mantra Sakti Dan Sayembara – Dalam Epos Mahabharata, Dewi Kunti merupakan tokoh penting dalam perjalanan Pandawa karena Kunti adalah ibu yang mengasihi dan membimbing mereka. Kunti adalah sosok wanita yang memiliki kecantikan bak dewi dari kahyangan dan hati yang penuh kebajikan.
Dewi Kunti |
Kunti adalah sosok ibu yang sangat mengasihi anak-anaknya, mendidik, mengajari, menuntun dan menemani mereka dalam setiap tahap kehidupan hingga mencapai kemulyaan. Bagi Pandawa, Kunti adalah seorang ibu sekaligus ayah yang menjadi tempat berkeluh kesah, tempat mengadu dan menumpahkan segala keresahan hatinya.
Namun, tidak ada manusia yang sempurna, Kunti pun pernah melakukan kesalahan yang sangat disesali sepanjang hidupnya. Untuk mengetahui siapakah sebenarnya Dewi Kunti, mari kita ikuti cerita berikut ini.
Dewi Kunti, Mantra Sakti Dan Sayembara
Ayah Dewi Kunti adalah Sura, yang juga merupakan kakek Sri Krishna, berasal dari keturunan baik-baik wangsa Yadawa. Nama aslinya adalah Pritha, yang sangat terkenal karena kecantikan dan kebajikannya.
Sura memiliki seorang sepupu bernama Kuntiboja dan karena sepupunya itu tidak mempunyai keturunan, maka Sura menyerahkan Pritha untuk diangkat sebagai anak oleh Kuntibhoja. Dan, semenjak itul Pritha lebih dikenal dengan nama Dewi Kunti, mengikuti nama ayah angkatnya.
Mantra Sakti
Ketika Dewi Kunti masih seorang gadis remaja, Resi Durwasa, seorang resi mahasakti menjadi tamu kehormatan dan pernah tinggal lama di rumah, raja Kuntibhoja, ayah angkatnya. Dan, Kunti melayani serta mempersiapkan segala keperluan Sang Resi dengan penuh bakti, sabar dan penuh pengertian. Sehingga Resi Durwasa pun mengasihinya lalu memberinya satu mantra suci yang sakti.
Resi Mahasakti itu menjelaskan kepada Kunti bahwa mantra suci itu dapat memanggil seorang dewa yang dikendakinya.
“Siapa saja dewa di kahyangan yang kamu kagumi dan engkau ingin memangginya, maka mantra suci ini akan dapat membantumu. Hingga, Dewa yang kaupanggil akan muncul di hadapanmu, lalu engkau akan mempunyai anak yang keagungannya sama dengan keagungan dewa yang kaupanggil itu.”
Satu alas an mengapa Resi Durwasa menghadiahkan mantra itu kepada Dewi Kunti adalah karena dalam pandangan mata batinnya ia melihat jika kelak gadis itu akan menemui nasib buruk dalam hubungan dengan suaminya.
Kesalahan Dewi Kunti
Sebagai seorang gadis remaja yang masih memiliki rasa ingin tahu teramat besar sehingga tidak dapat menahan kesabarannya maka dengan diam-diam, Dewi Kunti mencoba kekuatan mantra itu. Ketika malam, dalam biliknya, ia mengucapkan mantra itu sambil menyebut nama Batara Surya, sang Dewa Matahari, yang dalam bayangannya sangat agung dan bercahaya.
Setelah mengucapkan mantra sakti itu, tiba-tiba langit menjadi gelap gulita seolah awan tebal menyelimuti dan menutupi semua sumber cahaya. Dan, dari balik kegelapan yang pekat muncul sosok pria yang tampan dan anggun dengan tubuh bercahaya, dialah sang Surya. Kemudian Dewa Matahari mendekati Kunti yang cantik jelita dengan pandangan yang takjub dan penuh gairah.
Sementara itu, Dewi Kunti yang berada dalam pengaruh kekuatan gaib dan terpesona oleh keagungan serta kesucian tamunya berkata,
“Wahai Dewa yang tampan dan agung, siapakah engkau?”
“Duhai putri nan jelita, akulah Batara Surya, Dewa Matahari yang terseret ke mayapada ini oleh kekuatan gaib mantra suci yang kauucapkan guna memanggilku.”
Dengan penuh perasaan kaget dan gembira karena mantra suci yang dibacanya berhasil, Dewi Kunti berkata,
“Wahai Dewa Surya, aku hanyalah seorang gadis remaja yang masih berada di bawah pengawasan ayahku. Sehingga aku belum pantas untuk menjadi seorang ibu dan tidak pernah memimpikannya. Tujuanku hanya ingin mencoba kekuatan mantra sakti pemberian Resi Durwasa maka kembalilah engkau ke kahyangan dan maafkanlah atas kebodohanku.”
Mendengar penjelasan gadis jelita itu, Dewa Surya hendak kembali ke kahyangan, akan tetapi kekuatan gaib mantra itu menahannya. Dewi Kunti menjadi gelisah, meskipun terpesona oleh ketampanan sang Dewa, nalar dan pertimbangannya masih berjalan sehingga ia takut apabila hubungan asmara ini akan membuatnya hamil.
Jika itu terjadi maka seluruh dunia akan menghinanya karena hamil padahal belum menikah. Namun, denganpenuh kasih dan kelembutan, Batara Surya menghibur dan meyakinkannya,
“Jangan engkau kawatir Kunti yang jelita, tak seorang pun akan menghinamu, karena setelah engkau melahirkan anakku maka dirimu akan kembali menjadi seorang perawan suci.”
Dan, terjadilah hubungan olah asmara antara dua mahluk yang berbeda dunia ini, penuh dengan cumbu rayu dan kasih mesra. Meniti ombak demi ombak gairah yang menghempaskan mereka pada puncak surgaloka.
Akibat hubungan ini, Dewi Kunti pun mengandung. Namun, berkat kesaktian sang Dewa Matahari, begitu mengandung seketika itu juga ia melahirkan anaknya. Tidak seperti manusia pada umumnya yang melahirkan setelah mengandung selama kurang lebih sembilan bulan. Dan, pintu kelahirannya juga berbeda yaitu melalui telinga.
Sehingga anak Kunti dengan Dewa Surya itu diberi nama Karna, yang dalam bahasa sansekerta berarti telinga.
Dan, istimewanya lagi, ternyata bayi Karna lahir disertai dengan seperangkat senjata perang yang suci dan hiasan telinga yang indah berkilau seperti matahari sebagai tanda putra sang Dewa Matahari.
Dewi Kunti, seorang gadis remaja yang masih polos dan belum mengenal cinta, telah merasakan indahnya bercinta dengan seorang Dewa berkat mantra sakti yang diterimanya dari resi Durwasa.
Ketika pengaruh mantra suci dan pengalaman indah yang telah dirasakannya telah pudar, kesadarannya sebagai manusia pulih kembali. Kini, dihadapannya, telah hadir seorang bayi tanpa dosa. Kunti bingung, apa yang harus dilakukan terhadap bayi mungil itu.
Maka demi harga dirinya dan untuk menghindarkan segala kutuk dan malu yang akan menimpanya, bayi itu dimasukkan ke dalam sebuah kotak yang tertutup rapat lalu dihanyutkannya di sungai.
Dengan menitikkan air mata, Kunti menatap bayinya yang terbawa arus sungai. Satu kesalahan seorang Prita yang akan menjadi penyesalannya seumur hidupnya.
Sementara itu, Adirata, seorang sais kereta kuda yang sudah lama tidak mempunya seorang anak, menemukan kotak yang terapung-apung dihanyutkan arus air. Segera, ia mengambil kotak itu lalu membukanya.
Betapa terkejutnya sang kusir kereta ketika menemukan seorang bayi tampan berada di dalamnya. Sejenak, muncul berbagai pertanyaan tentang asal-usul bayi malang ini, namun akhirnya ia menyadari jika bayi ini telah dibuang.
Maka, dengan penuh kegembiraan, ia menyerahkan bayi itu kepada istrinya. Dan, wanita yang begitu mendambakan kehadiran seorang anak ini pun menerima bayi itu dengan penuh suka cita lalu merawatnya dengan kasih ibu yang berlimpah.
Dan, Karna, putra Kunti dengan Batara Surya, diasuh dan dibesarkan oleh keluarga Adirata, sang kusir kereta.
Sayembara
Seiring perjalanan waktu, Dewi Kunti mampu melupakan pengalaman indah yang menjadi kesalahan yang disesalinya. Kunti tumbuh menjadi seorang wanita yang semakin cantik jelita, dan ketika usianya sudah dianggap sudah siap untuk menikah, Raja Kuntibhoja mengundang semua putra mahkota dari kerajaan-kerajaan tetangga untuk mengikuti sayembara meperebutkan putrinya.
Ketika sayembara itu diumumkan, maka para raja dan putra-putra mahkota, dating berduyun-duyun ingin mempersunting Dewi Kunti yang termasyhur akan kecantikan dan kebajikannya.
Para peserta sayembara, mengadu keahlian, kesaktian dan ketrampilan dalam tata perang. Masing-masing berjuang demi kebanggaan dan kehormatan negaranya dan demi mendapatkan Kunti yang cantik jelita.
Sayembara berlangsung hingga berhari-hari sampai akhirnya Raja Pandu Dewanata dari kerajaan Hastina, keluar sebagai pemenangnya.
Pandu Dewanata |
Raja Pandu, seorang pemuda tampan rupawan yang sakti mandraguna namun memiliki sedikit cacat yaitu kepalanya yang “nengleng” atau miring. Selain itu, Raja Pandu terkenal bijaksana dan perkasa serta berasal dari wangsa Bharata yang ternama. Kesaktian dan keluhuran pribadinya mampu mengalahkan semua putra mahkota yang mengikuti sayembara itu.
Dan, Kunti pun sangat gembira mendapatkan suami yang tampan rupawan dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Maka pernikahan antara putra dan putri dua kerajaan besar ini berlangsung dengan meriah, kemudian Dewi Kunti diboyong ke kerajaan Hastina.
Penutup
Nah, itulah cerita tentang “Dewi Kunti, Mantra Sakti Dan Sayembara.” Sosok wanita cantik dan baik hati, ibu dari Pandawa.
Semoga bermanfaat..
Artikel Terkait :
0 comments:
Post a Comment